Workshop DIY 3D Photo Matching

Hari Sabtu, 03 Oktober 2015, Prodi Arsitektur melakukan kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan mengadakan pelatihan Do It Yourself 3D Photo Matching. Pelatihan ini merupakan salah satu upaya awal langkah perlindungan artefak bangsa, yang salah satu diantaranya adalah bangunan urban heritage. Dunia digital teknologi sekarang memungkinkan masyarakat untuk ikut andil dalam memberikan informasi gambaran bangunan penting tersebut. Dengan pengetahuan dan keahlian dalam modeling 3 dimensi berdasarkan hasil foto riil bangunan-bangunan kota tua tersebut dan menempatkannya di aplikasi Google Earth, diharapkan akan berdampak baik dalam mendapatkan umpan balik untuk bagaimana menjadikan bangunan-bangunan kota tua ini menjadi lebih terlindungi. Penerapan cara digital ini juga bertujuan menarik pemerintah ataupun sektor swasta agar dapat memanfaatkannya secara lebih baik lagi, misalnya sebagai taman edukasi atau wisata kota tua secara riil. Dampak dari fitur 3D Photo Matching dan fitur-fitur virtual di Google Earth ini tentunya akan berpengaruh luas karena dapat diakses oleh seluruh dunia, tentunya dengan dukungan promosi online atupun offline yang tepat dari kita semua yang perduli.

Pelatihan dilakukan oleh Bp. F. Priyo Suprobo, S.T., M.T. , Bp. Ary Dwi Jatmiko, S.T., M.T., dan Bp. Agustinus Angkoso, S.T., dibantu oleh mahasiswa Prodi Arsitektur sebagai asisten pemateri. Pelatihan berlangsung selama 2 sesi dalam 1 harinya. Satu sesi pelatihan berlangsung 3 jam, dari Pk. 09.00-12.00 untuk sesi pagi dan Pk. 13.00-16.00 untuk sesi siang. Para peserta bisa memilih waktu pelatihan diantara pilihan sesi yang disediakan. Pelatihan DIY 3D Photo Matching ini akan dilakukan juga hari Sabtu, 10 Oktober 2015. Bagi yang ingin mendaftar, silakan hubungi langsung Risma Andarini (082244148500) atau kirimkan form pendaftaran ke e-mail: arsitektur@widyakartika.ac.id.

Kelestarian bangunan heritage, tanggung jawab kita semua – diskusi Surabaya dengan Pak Dukut

Surabaya kini beranjak menuju kota metropolitan yang semakin modern. Sudah tentu wajah kotanyapun banyak mengalami perubahan. Mall, gedung-gedung perkantoran yang menjulang tinggi, serta jalanan yang dipenuhi kendaraan bermotor telah mendominasi wajah Surabaya kini.  Seperti apakah wajah Surabaya tempo dulu? Apa yang istimewa dari Surabaya tempo dulu? Segala pertanyaan tersebut terjawab tuntas dalam diskusi Surabaya, dulu dan kini dengan Bapak Dukut Imam Widodo penulis buku ‘Soerabaia Tempo Doeloe’ pada hari Kamis, 7 Februari 2013  lalu di atrium utama Grand City Surabaya.  Diskusi ini diselenggarakan sebagai salah satu rangkaian acara pameran karya fotografi dan sketsa ‘Surabaya dalam Bingkai Kenangan’ yang digelar Prodi Arsitektur Universitas Widya Kartika di tempat yang sama selama 5-10 Februari 2013.

Wajah Surabaya kini telah jauh berubah. Berbagai bangunan heritage yang mestinya dapat menjadi aset dan identitas tersendiri bagi Surabaya justru telah dipugar tanpa memperhatikan gaya bangunan aslinya. Sayang, sebab seiring hilangnya bangunan-bangunan heritage di kota ini, hilang pulalah saksi bisu sejarah tempo dulu yang merupakan salah satu sarana bagi generasi muda Surabaya untuk lebih mengenal kotanya.  Oleh karenanya, salah satu point penting yang ingin disampaikan Bapak Dukut dalam diskusi sore itu adalah agar generasi muda, terutama para mahasiswa Arsitektur yang nantinya akan ikut berperan membangun dan membentuk wajah negeri ini turut berperan serta dalam melestarikan bangunan-bangunan heritage warisan bangsa.

Diskusi menarik ini juga dirangkai dengan launching dua buah buku karya Prodi Arsitektur Universitas Widya Kartika Surabaya. Buku pertama merupakan kumpulan karya peserta lomba fotografi dan sketsa ‘Surabaya dalam Bingkai Kenangan’ yang digelar Prodi Arsitektur Universitas Widya Kartika November 2012 lalu. Dalam buku ini tersaji puluhan foto dan sketsa menawan dari bangunan-bangunan heritage Surabaya pada masa kini. Buku kedua merupakan karya dari Kaprodi Arsitektur, Ririn Dina Mutfianti. Berbeda dengan buku pertama, buku  bertajuk ‘Surabaya dalam Jejak Kenangan’ ini justru memberikan potret dan cerita dari kota Surabaya di masa lalu yang dirangkai dengan bahasa yang ringan dan menarik untuk diikuti.  Kehadiran kedua buku ini diharapkan dapat menjadi sebuah sarana untuk lebih mengenal keindahan wajah kota Surabaya baik di masa kini maupun lampau.

Rangkaian acara ditutup dengan penyerahan cinderamata dari prodi Arsitektur Universitas Widya Kartika yang diwakili oleh Dewan pembina YPPI, Bapak Budi Santosa kepada Bapak Dukut Imam Widodo. Prodi Arsitektur Universitas Widya Kartika Surabaya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung suksesnya acara ini.