Arsitektur adalah…

Arsitektur adalah …

Merupakan pertanyaan pertama yang diajukan oleh dosen Program Studi Arsitektur di perkuliahan perdana, hari Senin kepada para mahasiswa baru.

Pertanyaan berikut biasanya adalah : apa bedanya Arsitektur dengan Arsitek…? Nah bila pertanyaan kedua juga belum dijawab, atau masih mencoba mencari jawaban-jawaban yang mungkin masih ada di kepala, maka pancingan pertanyaan selanjutnya adalah :

‘hayo…kenapa kok masuk program studi Arsitektur…?’

Biasanya, pertanyaan inilah yang kemudian bisa dijawab. Dan jawabannya bisa beragam. Paling banyak dan paling sering adalah : saya merasa bisa menggambar, atau saya berbakat menggambar.

Kesimpulannya, Program Studi Arsitektur atau lebih tepatnya keprofesian Arsitektur di mata masyarakat umum adalah identik dengan tukang gambar. Tidak salah kok. Karena wujud real penuangan gagasan desain arsitektural memang harus melalui gambar-gambar kerja yang diperlukan sebagai acuan kerja para pelaksana di lapangan. Masalahnya adalah apa yang sebenarnya harus digambar. Gagasan apa yang harus dituangkan dalam gambar kerja, gagasan berarsitektur itu apa saja. Apa sih Arsitektur itu?

Secara sederhana, mari kita coba kenali, seperti apa karya Arsitektur itu sesuai dengan apa yang kita ketahui,

1. Candi Borobudur… apakah karya arsitektur…?

2. Piramid di Mesir… apakah karya arsitektur…?

3. Colosseum di Roma… apakah karya arsitektur…?

Semua itu adalah bangunan arsitektur masa lampau. Berarsitektur, karena kejadiannya direncanakan secara matang, memenuhi kaidah-kaidah tertentu, seperti keindahan dan pola-pola bentuknya, kekokohannya, serta pembangunanya yang memiliki maksud-maksud tertentu.

Lalu bagaimana dengan contoh-contoh bangunan-bangunan ini:

1. Bangunan rumah adat Kalimantan

2. Bangunan rumah adat Minang

Apakah juga berarsitektur..? Apakah indah ? Apakah Kokoh ? Apakah mempunyai maksud-maksud tertentu dalam pembangunannya..? Tentu. Karena bangunan rumah adat atau bangunan tradisional memiliki kaidah-kaidah yang baku dalam pembangunannya. Baik keindahan maupun penataan fungsi-fungsi ruangnya memiliki makna-makna tertentu dalam mendesainnya. Bahkan sampai pada konstruksi dan cara membangunnya, bangunan tradisional memiliki kaidah-kaidah adat yang harus dipenuhi oleh para pembangun dan pemilik bangunannya.

Coba perhatikan bangunan-bangunan ini,

Wisma Dharmala Surabaya

Galaxy Mall Surabaya

Cito Surabaya

Tiga bangunan tersebut adalah bangunan besar, pasti berarsitektur. Pasti demikianlah jawabannya.

Lalu, sebenarnya, apakah Arsitektur itu ?

Pada dasarnya manusia secara naluriah telah berarsitektur. Karena naluriah manusia secara psikologis menyukai kenyamanan dan keamanan untuk berkehidupan. Sesuai dengan tingkatan kenyamanan dan kemananan yang dibutuhkan, pada tingkat keinginan manusia untuk nyaman dan aman bertempat tinggal.

Secara naluriah manusia akan membuat tempat tinggal yang sesuai dengan kenyamanan beraktifitas, maka tempat tinggal akan mempunyai fungsi sesuai kebutuhannya. Untuk memenuhi rasa aman tempat tinggalnya, maka tempat tinggal tersebut dibuatnya aman, artinya, secara konstruksi harus kokoh dan kuat agar tidak roboh, tertutup agar terlindung dari cuaca dan segala kemungkinan gangguan alam kepadanya,  berjendela, berangin-angin dan sebagainya agar dalam berkegiatan di dalamnya tetap terasa nyaman. Dan kenyamanan terakhir yang mampu membuatnya merasa memiliki tempat tinggalnya adalah keindahan yang berkarakter sesuai dengan yang diinginkannya.

Dan itulah yang kemudian digagas oleh Marcus Pllio Vitruvius dalam teorinya yang sangat terkenal yaitu : SEGITIGA VITRUVIUS. Bahwa Arsitektur itu sebenarnya merupakan kesatuan dari Kekuatan/kekokohan (Firmitas), Keindahan (Venustas) dan Kegunaan/Fungsi (Utilitas).

Penulis: Ririn Dina Mutfianti, S.T., M.T. (Dosen Arsitektur Uwika)

Friday Sketching: Berlatih membuat sketsa pensil

Di media sosial seringkali kita dapat melihat karya-karya sketsa tangan mulai diminati kembali. Gambar-gambar rendering komputer memang sudah semakin canggih, karya komputer makin mirip dengan rupa real atau aslinya. Hanya saja seni sketsa freehand tetap saja diminati orang karena menunjukkan sebuah karya seni, produk yang hanya dibuat satu kali, tanpa menonjolkan ke-presisi-an and kemampuan duplikasi yang dimiliki mesin komputer.

Pada prinsipnya, sketsa adalah menangkap gambar yang ada di sekitar kita, merekamnya, kemudian menyajikannya dalam sebuah karya visual. Dalam dunia arsitektur, sketsa bahkan membantu sang arsitek menyampaikan karya imajinasinya sebelum karya real diwujudkan dalam bangunan.

Untuk membuat sketsa, beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Material
Cukup pensil berbagai ukuran 2B, 4B,ataupun pensil charcoal / arang. Semakin besar nomer, maka pensil semakin lunak dan tebal, sehingga lebih nyaman digunakan saat sketsa. Contoh: urutan pensil dari yang keras ke tebal.

4H           2H           H             HB          B             2B           4B           6B

Kertas yang digunakan bebas, hanya saja kertas texture yang digunakan untuk cat air (kertas canson), atau kertas linen akan lebih bagus hasilnya karena memiliki texture dari goresan pensil yang dibuat.

2. Komposisi dasar dan Framing

Sumber : Wang (2002)

Maksud dari Frame gambar adalah berusaha meletakkan gambar pada komposisi yang pas, simetri ataupun asimetri. Frame yang digunakan di gambar dapat berupa: pohon, cabang atau ranting, bangunan lain, pot, tanaman dan sebagainya.

Sumber: Wang (2002)

3. Elemen Sketsa
Salah satu elemen pelengkap yang sering dimasukkan di sketsa adalah pohon, lemen-elemen lansekap/taman, bangunan sekitar, dan orang yang lalu lalang bahkan kendaraan. Seandainya sketsa hanya ingin menonjolkan gedung maka obyek yang banyak ditampilkan sebagai Picture Frame adalah pohon dan tanaman. Mensketa pohon dapat dimulai dengan latihan meniru objek yang ada atau hasil sketsa pohon di buku-buku latihan sketsa.

Sumber: Wang (2002)

4. Texture, Shade dan Shading

Shade dan shading diperlukan untuk memberi kesan 3 dimensi pada hasil sketsa. Untuk membantu latihan sketsa tentang shading dapat menggunakan teknik gambar still life, menggambar objek-objek sederhana yang diberi pencahayaan khusus.

Sumber: Wang (2002)

Langkah-langkah membuat sketsa:
1. Tentukan bidang gambar dan objek yang akan dibuat. Letakkan objek yang ingin di gambar dan buat sketsa secara cepat untuk mendapat proporsi secara keseluruhan.

2. Buat shading dan texture pada gambar, dan juga jangan lupa mencoba meletakkan framing gambar.

3. Tambahkan elemen-elemen pelengkap, shading dan shadow secara kontras agar sketsa terlihat 3 dimensi.

Selama berlatih dan mencoba!

Sumber ide tulisan:
Wang, Thomas C. (2002). Pencil Sketching. 2nd Edition. New York:  John Wiley & Sons.