Apa Itu Foyer?

Foyer adalah ruang transisi di dalam rumah, yang terletak di antara teras dengan bagian dalam rumah. Banyak orang beranggapan bahwa foyer dan teras adalah sama. Padahal teras jelas berada di luar rumah, sedangkan foyer berada di dalam rumah. Seperti dilansir pada situs annahape.com , dalam rumah modern, fungsi ruang tamu sudah sering dihilangkan. Banyak tamu yang datang ke rumah sudah diperkirakan, yaitu : teman dekat, keluarga, atau orang dekat yang bisa langsung diterima di ruang duduk (living room). Sedangkan percakapan serius soal bisnis bisa dilakukan di luar rumah.

Jadi, foyer berfungsi sebagai ruang transisi, ruang selamat datang, dimana Anda membuka pintu, mengucapkan selamat datang, berbicara basa-basi, lalu mempersilakan tamu masuk. Di foyer, tamu bisa meletakkan bawaan yang merepotkan, seperti : jas hujan, payung, kunci mobil, tas, atau mungkin sepatu yang basah/kotor.

Kadang orang mengkombinasikan fungsi foyer sebagai ruang untuk tamu yang datang cuma sebentar. Sales yang menawarkan barang, kurir yang mengambil titipan, atau Pak RT yang mengumpulkan iuran warga. Maka, di foyer bisa diletakkan dua kursi dan sebuah meja kecil. Kalau begitu Anda pun dapat memanfaatkan foyer sebagai tempat anda membaca koran di pagi hari.

Sebagai ruang transisi, foyer mungkin dapat kelihatan dari luar rumah, yaitu saat pintu dibuka lebar-lebar. Dan Anda tidak perlu khawatir orang melihat isi dalam rumah Anda dari luar. Udara dapat masuk, bagian interior rumah yang menawan sudah kelihatan, tetapi privacy anda tetap terjaga.
Pilihan warna cat yang hangat, penataan lampu yang tepat, sebuah lukisan, cermin atau meja kecil dan sebuah vas bunga, dapat memperkuat fungsi foyer. Foyer dapat menjadi semacam undangan, ungkapan selamat datang, dan janji suasana hangat yang akan diterima tamu di dalam rumah.

foyer

Sumber :
Tip 30 Lebih Jauh tentang Foyer, Cermin Kehangatan Penghuni Rumah
www.rumah.com
http://indekor-furnishing.blogspot.co.id/2013/09/foyer-untuk-rumah-kecil.html
www.decorpad.com
www.architectureartdesigns.com

Solusi Rumah Mungil Agar Terkesan Lapang dan Nyaman

Rumah mungil bukan berarti anda tidak bisa mendesainnya dengan baik dan tinggal dengan nyaman di dalamnya. Justru rumah berukuran mungil biasanya malah tampil lebih homey dibandingkan dengan rumah mewah yang luas. Dengan desain yang baik dan penataan interior yang sesuai, desain rumah mungil dapat memberikan kenyamanan, kehangatan, dan keindahan.

Berikut ini beberapa tips yang dapat anda ikuti agar rumah mungil anda terlihat lapang dan nyaman :

1. Plafon yang Tinggi

Jika ruangan anda terbatas luasnya, dengan membuat plafon lebih tinggi, selain dapat memberi kesan ruangan lebih lega karena adanya cukup ruang ke atas, plafon yang tinggi dapat memungkinkan sirkulasi udara yang lebih baik.

 2. Manfaatkan Ruangan Kosong Se-efisien Mungkin

Kunci menata rumah mungil yang memiliki keterbatasan lahan adalah efisiensi ruang. Cermati ruangan-ruangan yang kosong di dalam rumah dengan memanfaatkan ruangan tersebut untuk meletakkan barang, misalnya pada ruangan bawah tangga, anda dapat menjadikannya lemari/ bufet yang dapat anda isi dengan perabot/ perkakas yang sering anda gunakan sehari-hari, seperti alat berkebun, perkakas tukang, rak sepatu, dll. Namun, hindari menumpuk barang agar ruangan selalu terlihat rapi.

 3.  Efektifitas Fungsi Ruang dan Meminimalkan Penyekat Antar Ruang

Menggabungkan fungsi ruang yang saling berkaitan dengan meminimalkan penyekat antar ruang, meminimalkan pintu, atau menggunakan pintu geser. Jika seandainya kita membutuhkan penyekat antar ruangan, kita bisa menggunakan partisi (penyekat ruang non permanen yang biasanya terbuat dari kayu/ bambu yang dapat diatur/ dipindahkan sesuai keinginan penghuni rumah).

 4.  Pemanfaatan Ruang Terbuka

Adanya ruang terbuka memberikan penerangan maksimal ke dalam rumah dan sirkulasi udara dapat mengalir dengan baik. Masuknya pencahayaan alami (sinar matahari) ke dalam rumah akan membuat ruangan lebih terang sehingga akan terlihat lebih lapang.

 5.  Penataan Interior dan Furniture

Isi ruangan dengan furniture berukuran kecil dan warna yang terkesan lembut dengan tujuan menghasilkan efek luas dan ringan, serta pastikan sebelum membeli, anda sudah mengukur lebih dulu luasan ruangan. Gunakan furniture modular yang mudah dikombinasikan. Ini berguna sewaktu-waktu jika anggota keluarga anda bertambah/ ingin memperluas ruangan. Funiture modular dapat dibongkar dan dikurangi volumenya. Pilih kursi/ sofa yang memiliki sandaran rendah dan / atau tanpa lengan.

 6.  Pemilihan Gaya Rumah,Teknik Pencahayaan dan Warna Ruang

Gaya minimalis akan membuat penampilan rumah anda semakin menarik. Kurangi detail, barang-barang dan furniture yang tidak perlu, sehingga akan membuat rumah terasa lebih lapang. Pilih motif dan tekstur yang simple, berukuran kecil, apabila perlu pilih yang polos saja.

Dengan teknik pencahayaan yang sesuai, dapat menghasilkan kondisi ruang yang terang sehingga terkesan lebih luas. Dalam memberikan warna ada baiknya jangan memberikan warna gelap pada rumah mungil karena akan memberikan kesan sumpek/ sempit. Pilihlah warna dinding yang terang dan cerah, kombinasikan warna-warna terang, ringan dan lembut terutama pada bidang yang luas seperti dinding dan lantai.

7.  Peletakan Jendela dan Pemilihan Kaca/ Cermin.

Atur letak jendela dan gunakan kaca yang tepat. Pilih jendela dengan ukuran tidak besar, dipasang dengan posisi yang tepat agar sinar matahari dapat bebas masuk dan membantu sirkulasi rumah sehingga memberikan kehangatan dan memperluas pandangan.

Gunakan kaca yang tidak bermotif, cermin yang agak besar dan tidak terlalu banyak pada sudut tertentu di dalam rumah agar ruangan terkesan lapang.

Sekian tips dari kami tentang bagaimana menyiasati rumah mungil agar terlihat lapang dan nyaman.

Semoga bermanfaat dan selamat mencoba …..

Penulis : Risma Andarini, S.T., M.T. (Dosen Arsitektur Uwika)

Sumber :

http://klikrumahanda.blogspot.co.id/2012/04/solusi-penyimpanan-di-dapur-mungil.html

http://tsgarchitectureanddesign.blogspot.co.id/2013/02/bagaimana-menyiasati-rumah-mungil-agar.html

http://rumahmasadepan.com/desain-rumah-mungil-lengkap-dengan-interiornya-yang-unik/

http://arsitektur.me/2015/08/desain-arsitektur-nyaman-rumah-mungil/

http://www.decorpad.com

https://archipediafirst.wordpress.com/2014/09/08/tips-agar-rumah-terlihat-luas/

http://inforumahminimalis.com/desain-interior-rumah-mungil-dengan-furniture/

Arsitektur adalah…

Arsitektur adalah …

Merupakan pertanyaan pertama yang diajukan oleh dosen Program Studi Arsitektur di perkuliahan perdana, hari Senin kepada para mahasiswa baru.

Pertanyaan berikut biasanya adalah : apa bedanya Arsitektur dengan Arsitek…? Nah bila pertanyaan kedua juga belum dijawab, atau masih mencoba mencari jawaban-jawaban yang mungkin masih ada di kepala, maka pancingan pertanyaan selanjutnya adalah :

‘hayo…kenapa kok masuk program studi Arsitektur…?’

Biasanya, pertanyaan inilah yang kemudian bisa dijawab. Dan jawabannya bisa beragam. Paling banyak dan paling sering adalah : saya merasa bisa menggambar, atau saya berbakat menggambar.

Kesimpulannya, Program Studi Arsitektur atau lebih tepatnya keprofesian Arsitektur di mata masyarakat umum adalah identik dengan tukang gambar. Tidak salah kok. Karena wujud real penuangan gagasan desain arsitektural memang harus melalui gambar-gambar kerja yang diperlukan sebagai acuan kerja para pelaksana di lapangan. Masalahnya adalah apa yang sebenarnya harus digambar. Gagasan apa yang harus dituangkan dalam gambar kerja, gagasan berarsitektur itu apa saja. Apa sih Arsitektur itu?

Secara sederhana, mari kita coba kenali, seperti apa karya Arsitektur itu sesuai dengan apa yang kita ketahui,

1. Candi Borobudur… apakah karya arsitektur…?

2. Piramid di Mesir… apakah karya arsitektur…?

3. Colosseum di Roma… apakah karya arsitektur…?

Semua itu adalah bangunan arsitektur masa lampau. Berarsitektur, karena kejadiannya direncanakan secara matang, memenuhi kaidah-kaidah tertentu, seperti keindahan dan pola-pola bentuknya, kekokohannya, serta pembangunanya yang memiliki maksud-maksud tertentu.

Lalu bagaimana dengan contoh-contoh bangunan-bangunan ini:

1. Bangunan rumah adat Kalimantan

2. Bangunan rumah adat Minang

Apakah juga berarsitektur..? Apakah indah ? Apakah Kokoh ? Apakah mempunyai maksud-maksud tertentu dalam pembangunannya..? Tentu. Karena bangunan rumah adat atau bangunan tradisional memiliki kaidah-kaidah yang baku dalam pembangunannya. Baik keindahan maupun penataan fungsi-fungsi ruangnya memiliki makna-makna tertentu dalam mendesainnya. Bahkan sampai pada konstruksi dan cara membangunnya, bangunan tradisional memiliki kaidah-kaidah adat yang harus dipenuhi oleh para pembangun dan pemilik bangunannya.

Coba perhatikan bangunan-bangunan ini,

Wisma Dharmala Surabaya

Galaxy Mall Surabaya

Cito Surabaya

Tiga bangunan tersebut adalah bangunan besar, pasti berarsitektur. Pasti demikianlah jawabannya.

Lalu, sebenarnya, apakah Arsitektur itu ?

Pada dasarnya manusia secara naluriah telah berarsitektur. Karena naluriah manusia secara psikologis menyukai kenyamanan dan keamanan untuk berkehidupan. Sesuai dengan tingkatan kenyamanan dan kemananan yang dibutuhkan, pada tingkat keinginan manusia untuk nyaman dan aman bertempat tinggal.

Secara naluriah manusia akan membuat tempat tinggal yang sesuai dengan kenyamanan beraktifitas, maka tempat tinggal akan mempunyai fungsi sesuai kebutuhannya. Untuk memenuhi rasa aman tempat tinggalnya, maka tempat tinggal tersebut dibuatnya aman, artinya, secara konstruksi harus kokoh dan kuat agar tidak roboh, tertutup agar terlindung dari cuaca dan segala kemungkinan gangguan alam kepadanya,  berjendela, berangin-angin dan sebagainya agar dalam berkegiatan di dalamnya tetap terasa nyaman. Dan kenyamanan terakhir yang mampu membuatnya merasa memiliki tempat tinggalnya adalah keindahan yang berkarakter sesuai dengan yang diinginkannya.

Dan itulah yang kemudian digagas oleh Marcus Pllio Vitruvius dalam teorinya yang sangat terkenal yaitu : SEGITIGA VITRUVIUS. Bahwa Arsitektur itu sebenarnya merupakan kesatuan dari Kekuatan/kekokohan (Firmitas), Keindahan (Venustas) dan Kegunaan/Fungsi (Utilitas).

Penulis: Ririn Dina Mutfianti, S.T., M.T. (Dosen Arsitektur Uwika)

Friday Sketching: Berlatih membuat sketsa pensil

Di media sosial seringkali kita dapat melihat karya-karya sketsa tangan mulai diminati kembali. Gambar-gambar rendering komputer memang sudah semakin canggih, karya komputer makin mirip dengan rupa real atau aslinya. Hanya saja seni sketsa freehand tetap saja diminati orang karena menunjukkan sebuah karya seni, produk yang hanya dibuat satu kali, tanpa menonjolkan ke-presisi-an and kemampuan duplikasi yang dimiliki mesin komputer.

Pada prinsipnya, sketsa adalah menangkap gambar yang ada di sekitar kita, merekamnya, kemudian menyajikannya dalam sebuah karya visual. Dalam dunia arsitektur, sketsa bahkan membantu sang arsitek menyampaikan karya imajinasinya sebelum karya real diwujudkan dalam bangunan.

Untuk membuat sketsa, beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Material
Cukup pensil berbagai ukuran 2B, 4B,ataupun pensil charcoal / arang. Semakin besar nomer, maka pensil semakin lunak dan tebal, sehingga lebih nyaman digunakan saat sketsa. Contoh: urutan pensil dari yang keras ke tebal.

4H           2H           H             HB          B             2B           4B           6B

Kertas yang digunakan bebas, hanya saja kertas texture yang digunakan untuk cat air (kertas canson), atau kertas linen akan lebih bagus hasilnya karena memiliki texture dari goresan pensil yang dibuat.

2. Komposisi dasar dan Framing

Sumber : Wang (2002)

Maksud dari Frame gambar adalah berusaha meletakkan gambar pada komposisi yang pas, simetri ataupun asimetri. Frame yang digunakan di gambar dapat berupa: pohon, cabang atau ranting, bangunan lain, pot, tanaman dan sebagainya.

Sumber: Wang (2002)

3. Elemen Sketsa
Salah satu elemen pelengkap yang sering dimasukkan di sketsa adalah pohon, lemen-elemen lansekap/taman, bangunan sekitar, dan orang yang lalu lalang bahkan kendaraan. Seandainya sketsa hanya ingin menonjolkan gedung maka obyek yang banyak ditampilkan sebagai Picture Frame adalah pohon dan tanaman. Mensketa pohon dapat dimulai dengan latihan meniru objek yang ada atau hasil sketsa pohon di buku-buku latihan sketsa.

Sumber: Wang (2002)

4. Texture, Shade dan Shading

Shade dan shading diperlukan untuk memberi kesan 3 dimensi pada hasil sketsa. Untuk membantu latihan sketsa tentang shading dapat menggunakan teknik gambar still life, menggambar objek-objek sederhana yang diberi pencahayaan khusus.

Sumber: Wang (2002)

Langkah-langkah membuat sketsa:
1. Tentukan bidang gambar dan objek yang akan dibuat. Letakkan objek yang ingin di gambar dan buat sketsa secara cepat untuk mendapat proporsi secara keseluruhan.

2. Buat shading dan texture pada gambar, dan juga jangan lupa mencoba meletakkan framing gambar.

3. Tambahkan elemen-elemen pelengkap, shading dan shadow secara kontras agar sketsa terlihat 3 dimensi.

Selama berlatih dan mencoba!

Sumber ide tulisan:
Wang, Thomas C. (2002). Pencil Sketching. 2nd Edition. New York:  John Wiley & Sons.

Kuliah Lapangan Desain Arsitektur 6 ke Perpustakaan & Museum Bung Karno Blitar

Hari Kamis, 03 September 2015, mahasiswa Arsitektur Mata Kuliah Desain Arsitektur 6, berkesempatan mengunjungi Perpustakaan dan Museum Bung Karno Blitar, sebagai bagian dari kuliah lapangan untuk Desain Arsitektur simbolik. Mahasiswa didampingi oleh Dosen: Risma Andarini, S.T., M.T., dan Peter Megantara, S.T. melihat kompleks perpustakaan dan museum secara keseluruhan, dan membandingkan konsep penataannya dengan kompleks Candi Penataran yang berlokasi tidak jauh dari Perpustakaan dan Museum Bung Karno Blitar.

Kompleks Perpustakaan dan Museum Bung Karno

Pelajaran yang dapat ditarik dalam perancangan arsitektural dari kompleks bangunan ini adalah konsep desain yang mendalam secara makna, mulai dari jumlah tiang (8), jumlah anak tangga (17), sesuai tanggal kemerdekaan 17-8-1945, peletakkan tiang yang asimetris, juga sequence dan urutan perletakkan massa bangunan yang diakhiri dengan makam Bung Karno. Maka dari itu, diharapkan dalam proyek perancangan di Mata Kuliah Desain Arsitektur 6 (DA6), mahasiswa dapat menerapkan konsep simbolik secara tepat.

Mahasiswa Desain Arsitektur 6 berfoto bersama di depan Candi Penataran